Ilmu Komputer Terancam? Ribuan Mahasiswa Mulai Galau di Tengah Gelombang PHK Teknologi AS

INDOTRANS.WEB.ID – Ilmu komputer dulunya adalah “jalur emas” bagi para calon profesional teknologi. Namun kini, ribuan mahasiswa mulai mempertanyakan: Masih amankah memilih karier di bidang ini? Ledakan pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft dan Intel membuat masa depan ilmu komputer dipenuhi tanda tanya besar.

Perubahan cepat di dunia teknologi, mulai dari masa kejayaan World Wide Web hingga ledakan kecerdasan buatan (AI), awalnya menarik jutaan mahasiswa global untuk menekuni ilmu komputer. Harapan mereka sederhana: bekerja di perusahaan impian seperti Google, Microsoft, atau Intel. Namun realitanya kini jauh berbeda.

PHK Massal Bayangi Masa Depan Mahasiswa

Menurut laporan terbaru dari upGrad, biaya kuliah teknologi di Amerika Serikat berkisar antara $14.000 hingga $17.000 (sekitar Rp 220 juta hingga Rp 270 juta). Meski mahal, banyak pelajar dari India tetap bermimpi menempuh pendidikan di Negeri Paman Sam. Sayangnya, mimpi itu kini dibayangi ketidakpastian pekerjaan.

Seorang netizen membagikan kisah nyata bahwa 58% teman-teman seangkatannya belum mendapat pekerjaan bahkan setahun setelah lulus. Sementara itu, pengguna lain menulis, “Saya ke Prancis, dan hanya 10% mahasiswa India yang berhasil mendapat pekerjaan. Sisanya pulang kampung atau menganggur meski sudah lulus empat tahun lalu.”

Faktor utama? Selain persaingan, sebagian besar perusahaan kini lebih memilih kandidat berpengalaman 4 tahun ke atas dan bisa berbahasa asing, seperti Prancis.

📉 Microsoft, Intel, dan Gelombang PHK Tanpa Ampun

Tahun ini, Microsoft memecat lebih dari 15.000 karyawan, termasuk dari posisi manajerial atas. Hal ini memicu kritik dari Wakil Presiden AS, JD Vance, karena Microsoft masih mengajukan visa kerja H-1B untuk tenaga kerja asing. CEO Microsoft, Satya Nadella, menyebut bahwa jumlah karyawan “tidak banyak berubah”, namun pernyataan ini justru menuai kebingungan dan amarah netizen.

“Microsoft bilang tetap stabil, tapi tiap bulan selalu ada divisi yang dibubarkan,” tulis seorang mantan karyawan di media sosial.

Pengguna lainnya menambahkan, “Ironis, Microsoft invest besar di AI – padahal justru itu yang bikin banyak orang kehilangan pekerjaan.”

Tak hanya Microsoft, Intel juga melakukan PHK massal dengan target pengurangan 24.000 karyawan dari total 99.500. Perusahaan kini hanya menyisakan sekitar 75.000 staf. Meski Intel aktif mengembangkan infrastruktur AI, banyak pihak menilai langkah ini hanyalah penghematan berkedok inovasi.

🧠 Indotrans Insight:

Apakah Mahasiswa Harus Takut AI?

PHK besar-besaran ini menandakan satu hal penting: AI bukan sekadar teknologi bantu, tapi kini menjadi pengganti tenaga manusia. Ironisnya, Microsoft mencatat pendapatan tertinggi sepanjang masa, sementara Intel rugi $2,9 miliar.

Jadi, apakah mahasiswa masih harus mengejar gelar ilmu komputer?

🛠 Apa yang Bisa Dilakukan Mahasiswa?

Di tengah ketidakpastian ini, para mahasiswa tidak boleh tinggal diam. Solusi paling realistis saat ini adalah:

  1. Upskilling: Tingkatkan kemampuan di bidang AI, machine learning, dan cloud computing.
  2. Belajar Bahasa Asing: Negara-negara seperti Prancis dan Jerman lebih terbuka bagi talenta yang multilingual.
  3. Bangun Portofolio Praktis: Punya pengalaman magang dan proyek nyata kini jauh lebih penting daripada sekadar IPK tinggi.
  4. Adaptif Terhadap Perubahan: Karier teknologi bukan hanya tentang coding, tapi juga tentang cepatnya kita beradaptasi.

💡 Indotrans Insight:

Biaya visa studi ke luar negeri kini meningkat drastis. Di AS, selain biaya pokok, mahasiswa juga harus membayar “integrity fee” dan pemeriksaan media sosial. Ini membuat beban mental dan finansial makin berat, apalagi bagi pelajar dari negara berkembang.

(S.S)

Sumber: financialexpress.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *