JAKARTA, Indotrans.web.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 mencetak kejutan besar. Laju pertumbuhan mencapai 5,12% secara tahunan. Angka ini melampaui perkiraan ekonom sebesar 4,80% dan menjadi yang tercepat sejak kuartal II 2023.
Kenaikan ini didorong oleh lonjakan investasi, konsumsi rumah tangga yang stabil, dan peningkatan ekspor. Bahkan, percepatan pengiriman barang untuk menghindari tarif impor Amerika Serikat ikut mengerek nilai ekspor.
Menurut Ekonom DBS Bank, Radhika Rao, surplus neraca ekspor menjadi salah satu pemicu lonjakan tersebut. “Pertumbuhan PDB di kuartal II memberikan kejutan positif dibandingkan perkiraan kami,” ujarnya.
Meski demikian, sebelumnya ada kekhawatiran soal penurunan penjualan mobil, melemahnya kepercayaan konsumen, dan kontraksi indeks manajer pembelian (PMI). Namun, Bank Indonesia tetap optimis. Lembaga ini memproyeksikan pertumbuhan tahun 2025 berada di kisaran 4,6%–5,4% setelah memangkas suku bunga acuan empat kali sejak September lalu.
Faktor Pendorong Utama:
-
Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97% secara tahunan. Peningkatan ini didorong pengeluaran makanan, perjalanan saat libur sekolah, dan hari raya.
-
Investasi melonjak 6,99% — tertinggi dalam empat tahun. Lonjakan ini dipicu proyek infrastruktur besar seperti perluasan MRT Jakarta.
-
Ekspor meningkat berkat pengiriman minyak nabati, logam, produk elektronik, dan suku cadang otomotif.
Sementara itu, Ekonom Maybank Brian Lee mengingatkan bahwa ekspor bisa melemah pada semester kedua. Perdagangan global yang melambat berpotensi menekan permintaan komoditas utama. Ia memprediksi ada tambahan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps. Pemerintah pun disebut sudah menyiapkan stimulus ekonomi tahap ketiga menjelang akhir tahun.
Di sisi lain, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan dukungan fiskal akan berlanjut. Pemerintah akan memperpanjang insentif pajak pembelian rumah hingga Desember dan memberikan diskon tiket pesawat untuk mendorong belanja akhir tahun.
Selain itu, stimulus juga disiapkan untuk industri padat karya. Program ini mencakup kredit investasi untuk revitalisasi mesin dan pinjaman murah bagi pengembang perumahan. Airlangga belum merinci besaran stimulus. Namun, pada semester pertama pemerintah telah menggelontorkan insentif senilai Rp24,4 triliun (US$1,49 miliar).
(S.S/RED)