PHNOM PENH, INDOTRANS.WEB.ID β Ketegangan militer antara Kamboja dan Thailand terus memburuk. Meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyerukan gencatan senjata, konflik bersenjata justru semakin panas.
Dalam konferensi pers pada Minggu (27/7/2025), Letnan Jenderal Maly Socheata, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, mengklaim bahwa pasukan Thailand terus menyerang wilayah Kamboja menggunakan bom curah (cluster bomb).
βTentara Thailand terus menginvasi wilayah Kamboja secara sembrono, tanpa mengindahkan hukum internasional,β ujarnya, dikutip dari Khmer Times.
Serangan tersebut disebut telah memasuki hari keempat sejak dimulai pada 24 Juli 2025. Menurutnya, serangan bom curah telah menghancurkan infrastruktur sipil seperti biara, pasar, pusat kesehatan, hingga situs bersejarah Kuil Preah Vihear.
Tidak hanya itu, Kamboja juga menuduh Thailand melakukan serangan udara di wilayah Gunung Khaing serta penembakan terus-menerus di Zona Pertempuran ke-4, termasuk di area Chomta Bosbov.
π Respons Thailand: Kamboja yang Menyerang Duluan?
Sebaliknya, militer Thailand juga menyampaikan versi berbeda.
Mayor Jenderal Winthai Suvaree, juru bicara Angkatan Darat Thailand, menyebut bahwa justru pasukan Kamboja yang menembakkan roket sejak dini hari ke arah Provinsi Surin.
Bahkan pada pukul 04.00 pagi, pasukan Kamboja disebut menargetkan Kuil Ta Muen dan wilayah perbatasan Chong Arn Ma dengan rentetan roket BM-21.
Kolonel Richcha Suksuwanon menambahkan bahwa gencatan senjata sulit dilakukan karena unit tempur di lapangan masih bertindak berdasarkan perintah taktis.
“Apakah gencatan senjata benar-benar terjadi, sepenuhnya bergantung pada inisiatif Kamboja untuk serius berunding,” tegasnya.
π Serangan Menyasar Warga Sipil?
Menurut laporan dari pihak Thailand, roket-roket Kamboja justru menghantam wilayah permukiman sipil, termasuk rumah, klinik, dan pasar.
Beberapa wilayah seperti Ban Ta Sor, Ban Nong Joob, dan Chong Chom di Provinsi Surin dilaporkan mengalami kerusakan parah akibat roket dan artileri.
Meski belum ada laporan korban jiwa, sejumlah kebakaran besar dan pengungsian warga telah terjadi.
π Indotrans Insight:
Saling tuduh antara Thailand dan Kamboja menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas kawasan saat ini. Seruan damai dari pihak internasional, termasuk Donald Trump, tampaknya belum cukup kuat menghentikan ambisi militer kedua belah pihak.
Lebih mengkhawatirkan, warga sipil dan situs budaya ikut menjadi korban dalam konflik ini. Jika tidak ada intervensi diplomatik serius dalam waktu dekat, perang skala penuh bisa menjadi kenyataan.
Apakah dunia akan diam saat dua negara ASEAN saling hancurkan warisan sejarah dan nyawa rakyatnya?
(S.S)
Sumber: sindonews.com